My Song

Tuesday, October 7, 2014

FILSAFAT MANUSIA 6-OKTOBER-2014

FILSAFAT PSIKOLOGI

Filsafat sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan termasuk psikologi memiliki hubungan dengan setiap disiplin ilmu. Hingga abad 19 psikologi dikembangkan oleh para ahli filsafat yang melandasi pengamatannya pada refleksi abstrak dan spekulatif. Selanjutnya psikologi dirasakan perlu melakukan metode lain, yaitu metode empiris.

Tokoh Awal Psikologi
     Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang ketua bagian filsafat di Universitas Liepzig Jerman, adalah pendiri psikologi yang mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia. Ia bersama pengikutnya mengembangkan aliran strukturalisme dalam psikologi.
     William James (1842-1910) dengan aliran fungsionalismenya, berpendapat bahwa psikologi harus meneliti secara mendalam bagaimana proses mental manusia itu berfungsi.
     Dan James Watseon dengan aliran behaviorismenya berpendapat bahwa psikologi harus mempelajari kejadian-kejadian dan perilaku disekelilingnya (rangsangan/stimulus)

Landasan Filosofi berbagai aliran Psikologi
Ontologi pada positivisme sejalan dengan dasar pemikiran yang digunakan oleh pendekatan behaviorisme. Pada pendekatan ini seorang ahli psikologi mengamati individu dari perilakunya.

Dalam psikologi Gestalt, beberapa tokoh terkemukanya antara lain Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer. Psikologi Gestalt merupakan aliran yang cukup kuat dan padu. Falsafah yang dikemukakannya sangat mempengaruhi bentuk psikologi di Jerman, dan kelak sampai ke Amerika Serikat.

Teori filosofik psikologingestalt dapat didekati dengan fenomenologi
Heidegger adalah seorang fenomenolog. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data.

Filsafat dan Konseling
- Esensialisme -> 3 aspek: rasionalisme, ideslisme, dan realisme. Asumsinya adalah bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk hidup didunia yang memiliki akal untuk mengetahui dunianya dimana ia hidup.
Progresivisme : Muncul sebagai akibat dari melunturnya kepercayaan terhadap konsep-konsep yang absolut. Para ahli memperhatikan hal-hal yang langsung dan khusus yang dapat dilihat sebagai realitas dan obyek yang dapat dilihat, yang realistis dan membutuhkan pemecahan persoalan secara langsung
-Eksistensiaalisme : Konsep dasar menurut Blocher adalah kerinduan manusia untuk mencari sesuatu yang penting, sesuatu yang bermakna dalam dirinya. Eksistensi merupakan sesuatu yang paling bermakna didalam diri seseorang. Konseling dari sudut filsafat eksistensialistik ialah keterlibatan konselor dalam usaha  merekonstruksi struktur pribadi yang bermakna pada klien.

Filsafat Ilmu dan Psikologi
Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu psikologi. Peran filsafat adalah supaya ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Dan diharapkan pula agar psikolog  bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati dan terhindar dari sikap saintisme. Filsafat juga bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi.

Etika dan Psikologi
Etika juga cukup penting bagi perkembangan ilmu psikologi. Etika yang dimaksud adalah ilmu tentang moral. Seorang psikolog membutuhkan panduan etis didalam kerja-kerja mereka.

Latar Belakang Psikologi
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan teoritis atas fisika, matematika dan metafisika.
Psikologi masuk kedalam fisika.
Obyek penyelidikan psikologi mencakup hal-hal fisis atau alamiah.
Psikologi secara khusus menyelidiki segolongan makhluk-makhluk fisis, yaitu makhluk-makhluk yang mempunyai jiwa.


Filsafat terbagi menjadi beberapa zaman :
1. Yunani Kuno : pemikir Yunani adalah yang pertama berusaha menjelaskan "asal muasal" segala sesuatu dengan melihat ke alam, bukan dewa-dewa/mitologi.
Orientasi: orientasi naturalistik, biologik, matematik, eklektik dan humanistik.
Tokohnya : Socrates, plato, dan Aristoteles.

2. Romawi : Filosofi Romawi tidak tersusun secara komprehensif seperti filosofi Yunani.
    aliran besar : Stoicism, Epicureanism dan Neo-Platonism

3. Gereja : Tokoh besar pada zaman ini: St. Agustine dan St. Thomas Aquinas

4. Renaissance : Tokoh besarnya: Francis Bacon, Rene Descartes dan Thomas Hobbes.

5. Asosianisme Lama : Tokoh besarnya : John Stuart Mill

Dari perkembangan tersebut, dibagi menjadi 2 ilmu, yaitu ilmu semu dan ilmu faal.
1. Ilmu-ilmu semu : Terbagi menjadi beberapa hal, Phrenologi, Physiognomi, dan Mesmerisme.

2. Ilmu Faal :
Beberapa tokoh-tokohnya: Sir Charles Bell, Francois Magendie, Marshal Hall, Johannes Peter Muller, Paul Broca, Gustav Theodor Fechner, Herman Ludwig Ferdinand von Helmoltz, Sir Francis Galton dan Emil Kraepelin.

Lalu dari kedua ilmu tersebut, terbentuk suatu pandangan yang dinamakan Elementisme/Strukturalisme
Tokoh besarnya adalah Wilhelm Wundt dan muridnya, E.B. Titchener.

Berikut adalah aliran-aliran psikologi setelah Wundt (beserta tokohnya) :
1. Aliran Wurzburg (Oswald Kulpe)
2. Psikologi Gestalt (Karl Buhler)
3. Fungsionalisme (William James, John Dewey, James Mckeen Cattel dan Edward Lee Thorndike)
4. Behaviorisme (Ivan Petrovich Pavlov, John Broades Watson, Edward Chase Tolman, B.F.Skinner)
5. Psikologi Hormik/Purposif (William McDougall)
6. Teori Konvergensi (William Louis Stern)
7. Psikologi Gestalt (Max Wertheimer, Franz Brentano, Christian Von Ehrenfels, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler)

sumber: ppt filsafat (6-10-2014)

FILSAFAT (Manusia : Seni, Agama, Budaya dan Peradaban)

Hakikat Seni dan Estetika
-         Amsal Bakhtiar (2007) seni adalah suatu produk peradaban manusia, suatu wilayah dan suatu kebudayaan yang diciptakan oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Secara teoritis, seni atau kebudayaan diartikan sebagai manifestasi budaya manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik.
-         Koentjaraningrat yang dikutip Andi Hakim Nasution (2007) menjelaskan, bahwa dalam budaya terdapat tujuh unsur yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia ini, yaitu :

1.       Bahasa
2.       Sistem pengetahuan
3.       Organisasi sosial
4.       Sistem peralatan hidup dan teknologi
5.       Sistem mata pencaharian hidup
6.       Sistem religi
7.       Kesenian

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu unsur universal kesenian dapat berwujud gagasan, ciptaan, pikiran, cerita, dan syair-syair yang indah. Namun, kesenian juga dapat berwujud tindakan interaksi berpola antara seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, dan konsumen basil kesenian. Kesenian juga dapat berupa benda-benda indah, candi, kain katun yang indah, benda-benda kerajinan dan sebagainya.
-         Surajiyo (2008) memaparkan bahwa secara praktis, seni sebagai suatu kebudayaan yang diciptakan manusia dapat dibedakan atas :

1.       Seni sastra, seni dengan alat bahasa
2.       Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara
3.       Seni tari, seni dengan alat grakan
4.       Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk, warna, dan sebagainya
5.       Seni drama atau teater, seni dengan alat kominasi sastra, musik, tari atau gerak, dan rupa.

-         Menurut The Liang Gie (2007), seni adalah suatu hal yang menunjuk kepada keindahan (estetika). Berdasarkan teori umum yang berkembang tentang  keindahan, dapat dikategorikan kepada tiga besar, yaitu :
1.       Hal yang indah dan baik : keindahan sebagai suatu jenis keserasian atau ketertiban
2.       Keindahan dan kebenaran : hal yang indah sebagai suatu sasaran perenungan.
3.       Unsur-unsur keindahan : kesatuan, perimbangan dan kejelasan.

-         Hamdani (2011) memberikan definisi tentang keindahan dengan menunjuk kepada pandangan para ahli.
1.       Mortimer Adier : sifat dan suatu benda yang memberi kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang bisa diperoleh semata-mata dan memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya.
2.       Thomas Aquinas : suatuyang menyenangkan saat dilihat.
3.       Aristoteles : sesuatu yang selain baik jyga menyenangkan.
4.       Charles J. Bushnell : kualitas yang mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang berbagai nilai atau ideal yang membangkitkan semangat.
5.       Miichelangelo : penyingkiran hal-hal yang berlebihan.

-         Monroe Beardsley sebagaimana dikutip The Liang Gie (2007) yang memaparkan bahwa terdapat tiga unsur yang menjadi sifat dasar membuat sesuatu yang baik dan indah dalam seni

1.       Kesatuan (unity)
2.       Kerumitan (complexity)
3.       Kesungguhan (intensity)

-         Supranto (2011) estetika mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Estetika (seni) memiliki sifat yang universal, berarti berlaku umum.

Hakikat Agama

-         Amsal Bakhtiar (2007) memahami kata agama berasal dari bahasa sansekerta dari kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Jika digabungkan berarti sesuatu yang tidak kacau.
-         Menurut Hinduisme agama sebagi kata yang berfungsi memelihara integritas seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya tidak kacau.

-         Dedi Supriadi dan Juhaya S. Praja (2010) mengungkapkan, kesalehan vertikal dalam ritual dan pengakuan dokrin tidak cukup, religiusitas menuntut komitmen nilai dalam hubungan manusia secara horizontal. Ketika bersama dengan penyebaran ajaran, agama mengalami pembakuan doktrin dan pembentukan jaringan institusi. Pada tahap ini agama lebih fokus pada perkara struktur. Struktur ajaran dalam rupa pernyataan verbal maupun wacana menjadi penting, tapi juga struktur organisatoris mengalami perluasan dan perumitan.

-         Yang mengaburkan pada masa pramodern adalah idealisme “tanggung jawab “ yaitu analisis antara yang suci dan kekuasaan.

Hakikat Budaya
-         Ayi Sofyan (2010) memahami tantang budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddliayah yang berarti sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
-         Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
-         Melvile J. Hersovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
-         Koentjaraningrat (2007) memahami budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia yang belajar.
-         Yojachem berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang imateriel bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.

-         Ciri khas yang mengambarkan kebudayaan  Indonesia :
·         Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan lainnya.
·         Alat musik di setiap daerah yang berbeda
·         Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam antar daerah tertentu, dibuat diatas media kain dan kayu.
·         Properti kesenian Indonesia memiliki beragam bentuk selain seni musi, tari, teater, wayang golek dan topeng.
·         Pakaian daerah
·         Benda seni
·         Adat isitadat

-         The Liang Gie mengatakan kebudayaan dibagi dalam tiga sistem, yaitu :
1.       Sistem lazim yang sering disebut adat istiadat
2.       Sistem sosial di mana merupakan suatu tindakan yang berpola dan manusia
3.       Sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbiasan jasmaninya.
-         Soegiri (2008) mengemukakan pandangan Melvile J. Hersovits yang menyebutkan kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.
-         Bambang Sugiharto (2008) merumuskan empat prinsip dasar yang penting dalam memahami kebudayaan, yaitu :

1.       Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai dan yang ditandai. Penanda yaitu citra bunyi, sedangkan penanda yaitu gagasan atau konsep. Konsep bunyi memiliki 3 komkonen, yaitu : artikulasi kedua bibir, pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan pita suara yang tidak bergetar.
2.       Adanya acuan ke realitas objektif
3.       Permasalahan yang selau kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah hubungan antara individu dengan masyarakat.
4.       Gagasan kebudayaan.

Hakikat Peradaban
Menurut Andi Hakim Nasution (2007) kebudayaan dan peradaban hanya merupakan istilah. Peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayan yang ‘harus’ dan ‘indah’. Pada sisi lain, istilah peradaban juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, seni kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Dari segi etimologis, peradaban berarti kebudayaan yang telah sampai pada tingkat jenuh, yang telah berlangsung secara terus-menerus. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya terwujud unsur-unsur budaya bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya maka masyarakat pemilik kebudayaan itu dikatakan telah memiliki perdaban yang tinggi.
Interkoneksi ilmu Pengetahuan, Seni dan Agama dalam Prespektif, Budaya, dan Peradaban.

      1.       Prespektif Ilmu dalam Budaya
Manusia diciptakan oleh yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan,dan ilmu kesehatan.  Pada Hakikatnya manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh,memelihara, dan meningkatkan ilmu.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling memengaruhi. Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan sebagai berikut :

a.       Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional.
b.       Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan waktu suatu bangsa.
Ada tujuan nilai yang terkandung dalam hakikat keilmuan, yaitu knitis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung kebenaran, dan pengabdian universal.

Langkah-langkah yang digunakan yang pada pokoknya beberapa pemikiran :

·         Ilmu merupakan kebudayaan, sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan budaya.
·         Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran
·         Asumsi dasar dan setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran yaitu percaya dengan metode yang digunakan
·         Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral
·         Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
·         Kegiatan ilmiah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.

      2.       Prespektif Budaya dan Pengetahuan dalam Peradaban
Kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoretis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri. Kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat.

Kebudayaan tidak bisa terlepas dari peradaban. Peradaban muncul setelah adanya masa kolonialisasi di mana ada semangat untuk menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam masyarakat jajahannya, sehingga pada masa itu antara masyarakat yang ‘beradab’ dan yang ‘kurang beradab’ dapat digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat vs. yang bukan barat.

      3.       Prespektif Agama dan Budaya
agama yang dibududayakan yaitu  jaran suatu agamayang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya, sehingga menghasikan suatu karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang dibudidayakan itu. Agama bukan suatun aturan yang dibuat oleh Tuhan, tetapi agama merupakan suatu kebutuhan manusia untuk kebaikan manusia. Pembudayaan suatu agama dapat mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan penuh tanggung jawab sehingga mampu mencermikan agamanya.

      4.       Agama sebagai Kritik Kebudayaan
Penting ditekankan bahwa agama meiliki peran sebagai kritik kebudayaan.  Kebudayaan harus dinilai dalam prespektif ke arah mana ia akan membawa manusia. Agama harus berdimensi kritis terhadap kebudayaan manusia.  Agama harus meminimalisasi kecenderungan ‘sekularisasi kebudayaan’.
-         Fungsi kritis agama harus dilakukan dengan menjauhi sikap yang sifatnya totaliter
-         Agama dalam menerangkan fungsi kritisnya secara konkret harus memiliki pengetahuan empiris yang tangguh.

      -         Agama tidak bisa bersifat politisi dalam pengertian hanya membatasi diri pada masalah ritualistik dan moralitas dalam kerangka ketaatan kepada Tuhannya.
      -         Perlunya mendefinisikan kembali pertobatan dalam keberagaman manusia.

     5.       Produk Kebudayaan Manusia Menghasilkan Peradaban
Setiap masyarakat atau bangsa di manapun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semuanya memiliki peradaban, peradaban merukapan tahap tertentu dan kebudayaan masyarakat tertentu yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sudah maju. Manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi harkat, martabat, serta potensi yang tinggi. Peradaban moral dan manusia merupakan nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.

     6.       Seni sebagai Penggerak Budaya Peradaban
Akar pengalaman estetik merupakan pengalaman keseharian. Kepekaan atas medan bentuk serta pengalaman atas gerak denyut kehidupan macam itulah akar dan kesadaran estetik dan kecenderungan berkesenian. Seni adalah segala upaya untuk memberi bentuk manusiawi pada hidup dan semesta, berbagai cara membiasakan aspirasi batin lewat penciptaan benda dan peristiwa.

Tahap Eksistensi Manusia

      A.      Tahap Estetis
Tahap estetis adalah tahap di mana orientasi hidup manusia sepenuhnya diarahkan untuk mendapatkan kesenangan. Manusia estetis adalah manusia yang pada akhir hidupnya hampir tidak bisa lagi menentukan pilihan, karena semakin banyak alternatif yang ditawarkan masyarakat dan jamannya.
   
      B.      Tahap Etis
Perubahan hidup dari estetis ke etis merupakan semacam pertobatan, di mana individu mulai menerima kebijakan-kebijakan moral dan memilih meningkatkan diri padanya. Manusia etis akan sanggup menolak tirani dan kuasa dari luar.

     C.      Tahap Religius
Lompatan tahap etis ke tahap religius lebih sulit karena tidak perlu pertimbangan rasional melainkan keyakinan subjektif berdasarkan pada iman. Hidup dalam Tuhan adalah hidup subjektivitas transedent, tanpa rasionalisasi atau tanpa ikatan kepada suatu yang bersifat duniawi.

Kaitan Psikologi dengan Agama
Agama bersifat dogmatis yaitu mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan kebenaran dalam agama tidak selalu dapat diterima dengan nalar. Psikologi menurut Plato dan Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama.

Tahap Budaya
      1.       Budaya dalam kaitan Psikologis
Psikologi menurut budaya yaitu perilku yang cenderung untuk mengulang-ulang bentuk-bentuk perilsku tertentu karena perilaku tersebut diturunkan melalui pola asuh dan proses belajar. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya secara logis akan mengalami berbagai permasalahan,persentuhan antar budaya akan selalu terjadi karena permasalahan silang budaya selalu terkait erat dengan cultural meterialisme yang mencermarti budata dari pola pikir dan tindakan dari kelompok sosial tertentu di mana pada tempramen ini banyak ditentukan oleh faktor keturunan. Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu manusia yang bersifat dinamis.

     2.       Budaya dan Perkembangan kepribadian
Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perbuahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi-fungsi bawaan sebagai dasarnya. Selain itu, perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh semakin bertambahnya usia seseorang.

      3.       Budaya dan Konsep Diri
Konsep diri adalah organisasi dari presepsi-presepsi diri. Suatu deskripsi tentang siapa kita , mulai dari identitas fisik, sifat hingga prinsip.

      4.       Budaya dan Psikologi Indigenous
 
      5.       Perkembangan Budaya dan Aplikasi

Menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

-Pengetahuan psikologi tidak dipaksa dari luar melainkan dari tradisi budaya setempa
-Psikologi sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial uang diciptalan melainkan berupa tingkah laku keseharian.
-Tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang import,melainkan dalam kerangka pemahaman buday setempat.
-Psikologi indegenous mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang- orang setempat.

Psikologi indegenous selalu dikaitkan dengan penelitian dan proses indigenesasi budaya. Proses untu indegenous psychology kan suatu budaya itulah yang disebut dengn indigenisasi.

FILSAFAT (MANUSIA & ETOS KERJA)

Manusia dan Etos Kerja

Latar belakang dan sejarah

1.   Masyarakat Yunani dan Abad Pertengahan

Pada masa Yunani kuno, kerja atau pekerjaan kurang mendapat
perhatian. Menurut Plato : jiwa manusia memiliki struktur yang
menyangkut 3 hal (rasionalitas atau pikiran, keberanian dan
einginan atau kebutuhan) dimana yang tertinggi adalah rasionalitas
atau pikiran yang dihubungkan dengan 3 pembagian kelas yaitu:
1.     Para penasihat
2.     Para pembantu atau militer
3.     Para penghasil ( petani, pengusaha , tukang kayu, niagawan, dsb.)

Segala aktivitas yang bersumber pada akal budi adalah yang dengan
peringkat paling tinggi sedangkan yang paling rendah adalah para
penghasil yang sumber kegiatannya berasal dari keinginan
kebutuhan.

Menurut Aristoteles : kerja yang menggunakan / berhubungan
dengan tubuh adalah kerja para “budak” dan orang bebas baginya
adalah orang yang menggunakan pikirannya untuk bertindak, bukan
yang mengandalkan tubuhnya

Yang berharga adalah aktivitas intelektif atau berpikir ( manusia
sebagai animale rationale)

2.   Masyarakat reformasi dan Industrialisasi

Pada masa protestanisme dan industrialisasi, kerja mulai dianggap sebagai sesuatu yang penting, Pada masa protestanisme:
Marx Weber : kerja adalah sarana untuk mengembangkan pribadi dan duni serta sarana bagi keselamatan jiwa.
Calvin : kerja sebagai ungkapan rasa memiliki terhadap kerjaan surge
Pada masa industrialisasi :

Kerja tidak dilihat lagi sebagai kerangka religious tapi sebagai kerangka humanisasi dan manusia mulai sadar dan mengakui dirinya sebagai subjek


Pandangan beberapa tokoh

1.     John Locke
-         Pekerjaan menciptakan hak alamiah
-         3 argumen dasar Locke tentang kerja sebagai suatu hal yang mendasar bagi manusia :
kelekatan kerja pada tubuh manusia (kerja = hukum kodrat)
kerja merupakan perwujudan diri manusia (mns membebaslan dirinya dari ketergantungan terhdap alam , otonom)
kerja berkaitan dengn hidup (satu – satunya jalan untuk mempertahankan hidup = kerja)


2.     Adam Smith

-         Seluruh kebudayaan = hasil dari pekerjaan mns
-         Ada 2 jenis pekerjaan :
       1.     Pekerjaan yang produktif (kaum tani,buruh)
       2.     Pekerjaan yang tidak produktif (prajurit,politisi,ahli hukum)
-         Tiga alasan pentingnya pembagian kerja :
Meningkatkan keajianan yang berdampak pada perbaikan
kondisi hidup pekerja dan masyarakat ke arah yang lebih baik
Penghematan waktu
Mendorong dan penimbulan penemuan mesin – mesin baru yang mempermudah dan menghemat tenaga kerja

3.  George Wilhelm Friedrich Hegel
-   Pekerjaan = keseluruhan konteks kegiatan mns
-   Kerja merupakan sesuatu yang dinamis (mns menemukan diri apabila menyadari sepenuhnya apa yang dikerjakannya)
-   Kerja = peran utama dalam pengungkapan pribadi manusia dimana mns sadar dirinya akan subjek

  Bentuk kesadaran ada 2 :
    1.     Kesadaran akan keakuan manusia secara negative
    2.     Kesadaran bahwa tanpa objek, manusia tidak memiliki kesadaran

4.  Karl Marx
pencapaian kenyataan manusia hanya bisa terjadi melalui pekerjaan
keterkaitan kerja dengan aspek social dan histori
kerja mengungkapkan dimensi social (hasil – hasil karya mns tidak saja dinikmati sendirinya tapi juga dirasakan oleh orang lain dari berbagai zaman yang berbeda


Sejarah kerja
Sekitar 2600 tahun yang lalu di Yunani
- Hesiodotus : kerja adalah isi utama dari kehidupan manusia
Di Erope pada abad ke 14
- Para Rahib Benediktin bekerja di lading dan saawah bergantian   dengan mereka berdoa. Kerja tangan sama sucinya seperti orang berdoa
- Plato, berbagai mcam level manusia sesuai dengan pekerjaannya:
  1.     Pada masa perbudakan : kerja merupakan perubahan derajat /   strata mns
  2.     Sisi lain : kerja adalah sesuatu yang rendah

Pada abad 17 dan 18
-         John Locke : pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh hak milik pribadi
-         Hegel : pekerjaan membawa mns menemukan dan mengaktualisasikan dirinya
-         Karl Marx : pekerjaan merupakan sarana mmns untuk menciptakan diri, pengakuan dari bekerja


 Hakikat kerja
  i.         Definisi Kerja :
Wadah bagi pembentukan diri mns dalam membangun dunianya

H. Arvon menyebutkan 3 faktor yang menilai apakah sebuah kegiatan dapat disebut kerja atau tidak :
1.     Keterlibatan dimensi subjek secara intensif
2.     Hasil yang bermanfaat
3.     Mengeluarkan energy

Kerja / pekerjaan : segala kegiatan yang direncanakan, melibatkan pikiran dan kemauan yang sunugguh – sungguh serta memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai

  ii.            Kerja manusia vs kerja Hewan

Perbedaannya :
-         Jenis energy yang dikerahkan
Hewan : energy fisik
Manusia : energy psikis & energy spiritual

-         Hasil kerja
Hewan : untuk keperluan self survival & kebutuhan biologisnya
Manusia : lebih dari sekedar kebutuhan psikisnya, juga kebutuhan spiritualnya

-         Dorongan kerja
Hewan : dr naluri
Manusia : manusia menentukan diri di dalamnya, punya pilihan – [ilihan alat bekerja

  iii.            Dua elemen kerja
-         Elemen subjek : potensi / kekuatan yang melekat dalam diri manusia
-         Elemen objek : pendukung untuk merealisasikan pikiran, rencena serta kehendaknya

  iv.            Peran istimewa tangan
       Keistimewaan tangan :
       1.     Posisi vertical tubuh manusia : bebas dan dinamis
       2.     Kekayaan fungsi tangan :
    o   membagi, memegang dengan kuat, mendorong dan menarik
    o   menghadirkan apa yang ada di dalam pikiran seseorang
    o   berhubungan dengan inteligensi
       3.     Bersifat personal dan social : menghubungkan manusia dengan
             manusia lain secara bebas

  Tiga dimensi kerja
   a .      Dimensi personal
   Lewat kerja :
     -         mns menunjukkan nilai kemanusiaanya
     -         mns membuktikan diri sbg manusia
     -         mengungkapan keuinkan dan totalitas diri setiap pribadi

   b.     Dimensi social
     -         Kerja sebagai sarana perwujudan kepedulian setiap pribadi kepada
           orang lain
     -         Pekerjaan merupakan jembatan antara umat manusia dari satu
           zaman
     ke zaman berikutnya (aspek historis)

   c.      Dimensi etis
       Nilai – nilai etis yang dikandung atau dituntut dalam kerja :
       1.     Keadilan
       2.     Tanggung jawab
       3.     Kejujuran

   Etos kerja
   -         Menurut Usman Pelly :
         Etos kerja : sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri
         yang disadari oleh system orientasi nilai budaya terhadap kerja
   -         Menurut Toto Tasmara :
         Etos kerja : totalitas kepribadian dirinya serta carnya
         mengekspresikan,
         memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
         mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal
         sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara
         manusia dengan mahluk lainnya dapat terjalin dengan baik.
         Hal – hal penting yang berhubungan dengan etos kerja :
           1.     Orientasi ke masa depan
           2.     Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu
           3.     Tanggung jawab
           4.     Hemat dan sederhana
           5.     Persaingan sehat
   -         Secara umum :
         Etos kerja : alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu
                              sebagai seorang pengusaha atau manajer
   -         Menurut A. Tabrani Rusyan
         Fungsi etos kerja :
            1.     Pendorong timbulnya perbuatan
            2.     Penggairah dalam aktivitas
            3.     Penggerak

    Cara menumbuhkan etos kerja
    1.     Menumbuhkan sikap optimis
    2.     Jadilah diri anda sendiri
    3.     Keberanian untuk memulai
    4.     Kerja dan waktu
    5.     Konsentrasi dan focus pada pekerjaan

   Kerja bermartabat
    -         Pengertian secara umum : komitmen setiap organisasi untuk
          membangun lingkunga kerja yang kondusif dan positif sedemikian
          rupa sehingga terbangun hubungan kerja yang manusiawi
    -         Hak seorang pekerja dalam lingkungan kerja yang bermartabat :
          1.     Diperlakukan secara bermartabat
          2.     Bekerja dalam lingkungan atau suasana kerja yang bebas dari
                kekerasan dan pelecehan
          3.     Bebas dari ketakutan dan diskriminasi
          4.     Menerima penghargaan atas keterampilan dan kemampuan
                profesionalnya
          5.     Menerima penghasilan yang layak
   -         Menurut Kasdin Sitohang :
         Manusia tidak sekedar bekerja (labour) tetapi juga berkarya dan
         mewujudkan dirinya secara utuh
   -         Kesimpulan :
         Kasdin mengatakan bahwa kode etik profesi dapat diandalkan
         sarana /prinsip – prinsip moral (prinsip kejujuran, tidak berperilaku
         buruk, tidak melanggar hukum, berperilaku adil dan proporsional)
         untuk mewujudkan kerja bermartabat

    Etos kerja di Jerman: Mittelstand
     -         10 tahun lalu perusahaan – perusahaan Jerman menolak untuk
           melakukan investasi finansial di bursa-bursa saham untuk meraup
           keuntungan secara cepat dan masih giat memproduksi berbagai
           bentuk barang (kuno dan konservatif)
     -         Saat Eropa krisis hutang, ekonomi Jerman surplus, ekspor
           meningkat dan angka pengangguran terendah
     -         Rahasianya : Mittelstand (kelas menengah), yaitu etos kerja radikal,
          spesialisasi, familiaritas, kejujuran, konservatisme keuangan,
          investasi pada manusia, dan pemerintah yang kompeten

         Etos kerja dan spesialisasi
       -         Semboyan terkenal : “Work hard, play hard” (etos kerja radikal)
             Pentingnya pemisahan kehidupan kerja yang professional dan
             kehidupan pribadi
       -         Salah satu kunci keberhasilan ekonomi Jerman : spesialisasi
             produk
            dari setiap daerah yang sesuai dengan kekhasan mereka masing-
            masing
    Familiaritas dan Konservatisme
    Contoh perusahaan – perusahaan dengan bisnis Mittelstand :
       1.     Pabrik sepatu Meindl :
             Kekeluargaan yang tidak merusak produktivitas, malahan
             perusahaan ini eksportir besar sepatu ke Eropa dan AS
       2.     Pabrik mobil Audi :
             Familiaritas antar pekerja maupun dengan pemimpin, dampaknya
             perusahaan ini bermutu tiinggi dan berorientasi internasional
       
          Kesimpulan : pabrik – pabrik yang menerapkan kebijakan jujur dan konservatif yaitu tidak mau mendapatkan uang cepat karena bermain saham, menipu bank. Juga yang menggunakan prinsip Mittelstand yang walaupun terkesan kuno namun mampu menggiring perusahaan – perusahaan tersebut berhasil.

Peran pemerintah
-         Pemerintah jerman yang amat birokratis dan semi paranoid demi alasan keamanan dan untuk melindungi orang orang yang ingin meminjam uang di bank sehingga mereka tidak terlilit hutang yang tidak mampu dibayarnya nanti.

Saturday, October 4, 2014

FILSAFAT 3 Oktober 2014 (Eksistensial)

Pada hari ini kami mempelajari tentang Eksistensial menurut para tokoh yaitu Kirkegaard dan Jean Paul Sartre. Pertama-tama saya akan membahas Eksistensial

Eksistensial .....
Aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yg khas di tengah makhluk lainnya.
Jiwa eksistensialisme ialah pandangan manusia sbg eksistensi.

Etimologis: ex= keluar, sistentia (sistere)=berdiri. Manusia bereksistensi = manusia baru menemukan diri sbg aku dengan keluar dr dirinya.

Pusat diriku terletak di luar diriku. Ia menemukan pribadinya dg seolah2 keluar dr dirinya sendiri dan menyibukkan diri dg apa yg diluar dirinya.

Hanya manusialah yang dapat bereksistensi. Eksistensi tdk bisa disamakan dengan ‘berada’.
Pohon, anjing berada, tapi tidak berseksistensi.

Beberapa tokoh filsafat yg menganut gaya eksistensialisme, a.l.: Kierkegaard, Edmund Husserl, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, Jean Paul Sartre, dll

Sulit menyeragamkan defenisi mengenai eksistensialisme, krn adanya perbedaan pandangan mengenai eksistensi itu sendiri.
Namun satu hal yg sama: filsafat hrs bertitik tolak pd manusia konkrit, manusia sbg eksistensi, maka bagi manusia eksistensi mendahului esensi

Eksistensialisme menurut Kirkegaard


-Soren Aabye Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Belajar teologi di Univ. Kopenhagen, tp tdk selesai. Saat 3 saudara, ayah dan ibunya meninggal ia mengalami krisis.
-Sempat menjauh dr temannya dan agama.
-Sempat bertunangan dg Regina Olsen, tp tdk jadi menikah.
-1849 kembali lagi ke agamanya (Kristen).
-Meninggal 1855 sbg org religius dan dipandang sbg tokoh di gerejanya.
-Dia dikenal sbg bapa eksistensialisme, aliran filsafat yg berkembang 50 thn setelah kematiannya.

Ciri-ciri eksistensialisme
-Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. Hanya manusia bereksistensi.
-Bereksistensi hrs diartikan scr dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri scr aktif, berbuat, menjadi, merencanakan.
-Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pd dunia sekitarnya, khususnya pd sesamanya.
-Memberi penekanan pd pengalaman konkrit.

Tiga cara bereksistensi: 
-Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yg dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yg amat bebas. Manusia hrs memilih hidup terus dg kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
-Sikap etis: Sikap menerima kaidah2 moral, suara hati dan memberi arah pd hidupnya. Ciri khasnya menerima ikatan perkawinan. Manusia sdh mengakui kelemahannya, tp belum melihat cara mengatasinya. Bila ia mengakui butuh pertolongan dr atas, maka ia loncat ke sikap hidup religius.
-Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan, manusia sendirian. Karena manusia religius percaya pada Allah, maka Allah memperlihatkan diriNya pada manusia. Percaya model A ialah Allah hadir dimana-mana. Yang sukar adalah percaya model B: percaya bhw Allah menerima wajah manusiawi dlm Yesus agar bs berjumpa dengan Dia. Kita percaya model B, bila kita percaya bahwa kita yang lahir dlm waktu bisa menjadi abadi. Kita bs menjadi spt yang kita percayai.

Waktu dan keabadian
setiap org adalah campuran dr ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tp juga terpisah/terasing dr Allah. Manusia dpt menyatakan YA kpd Tuhan dlm iman, atau mengatakan TIDAK. Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yg ia ada. 

Manusia hidup dalam dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dalam saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dari waktu ke keabadian.

Subyektivitas dan eksistensi sebagai tugas
Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tp lebih dr itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yg hrs dijalani dg kesejatian shg org tdk tampil dg semu.  Eksistensi sbg tugas disertai oleh tanggungjawab.


Eksistensial menurut Jean Paul Sartre
Sartre.....
Lahir di Paris 1905
1929 menjadi guru
1931-36 dosen filsafat 
di Le Havre
1941 menjadi tawanan perang
1942-44 dosen Loycee Pasteur
Banyak menulis karya filsafat 
dan sastra.
Dipengaruhi oleh Husserl dan 
Heidegger.

Pemikiran filsafat Sartre




Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sbg dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dg keberadaan benda lain yg tdk punya kesadaran.

Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dg benda lain yg keberadaannya sekaligus berarti esensinya.  Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.

Asas pertama utk memahami manusia hrs mendekatinya sbg subjektivitas. Apapun makna yg diberikan pd eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggungjawab

Tanggungjawab yg menjadi beban kita jauh lebih besar dr sekedar tanggungjawab thdp diri kita sendiri

Pemikiran filsafat sartre dibedakan ‘berada dlm diri’ dan ‘berada untuk diri’
-Berada dalam diri = berada an sich, berada dlm dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur. Semua yang berada dalam diri ini tdk aktif. Mentaati prinsip it is what it is. Maka bagi Sartre  segala yang berada dalam diri: memuakkan.

-berada untuk diri=berada yg dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dg keberadaannya. Bertanggungjawab atas fakta bhw ia ada. Mis. Manusia bertanggungjawab bhw ia pegawai, dosen. Benda tdk sadar bhw dirinya ada, tp manusia sadar bhw dia berada. Pd manusia ada kesadaran.

Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.

Beberapa kenyataan (kefaktaan) yg mengurangi penghanyatan kebebasan:
-Tempat kita berada: situasi yg memberi struktur pd kita, tp juga kita beri struktur.
-Masa lalu: tdk mungkin meniadakannya krn masa lampau menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini.
-Lingkungan sekitar 
-Kenyataan adanya sesama manusia dg eksistensinya sendiri.
-Maut: tdk bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.

Ketubuhan manusia
Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelama sbg wujud yg bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia.
Tubuh sbg pusat orientasi tdk bisa dipandang sbg alat sematamata,tp mengukuhkan kehadiran kita sbg eksistensi.

Komunikasi dan cinta
Komunikasi = suatu hal yg apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, krn setiap kali org menemui org lain pd akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yg seorg seolah2 membekukan org lain.  Terjadi saling pembekuan shg masing2 jadi objek.

Cinta = bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa krn objektifikasi yg tak terhindarkan.




sumber: ppt materi filsafat 3 oktober 2014













Field Trip 2 Oktober 2014

Halloooo pada hari Kamis, 02 Oktober 2014 saya membagikan pengalaman yang saya dapatkan.

Hari ini saya dan teman-teman saya ( Fakultas Psikologi 2014) field trip ke kampung Betawi. Tujuan kami ke sana adalah untuk mengetahui tentang seni dan kebudayaan Betawi lebih banyak lagi. Sebelum kami berangkat kami dikasih sebuah materi oleh Pak Raja. Kami menggunakan 3 bus untuk pergi ke sana.

Saat tiba di sana, kami di briefing dulu sama para dosen tentang apa saja yang harus kami lakukan di sana. Setelah itu kami langsung makan siang dan melakukan tugas yang sudah diberikan kepada masing-masing kelompok.

Kami memulai dengan menginterview seorang bapak yang berprofesi pada tukang perahu bebek. Kami menanyakan nama, umur, berapa lama menekuni profesi terebut,suka dan duka, agama, dan nilai-nilai kehidupan yang dialami. Semua pertanyaan itu di tanyakan kepada semua pedagan/penjual yang ada.

Setelah itu,
Kami juga menginterview seorang bapak yang bertugas sebagai Humas kebudayaan Betawi. Kami bertanya banyak hal yang berhubungan dengan kebudayaan Betawi. Lewat jawaban beliau kami semakin mengetahui dan mengenal seni dan budaya Betawi. Serta tadi kami disuruh menginterview TNI yang sedang berlatih. Awalnya saya takut untuk bertemu dengan TNI-TNI tersebut, tetapi demi nilai kami melakukannya. Kami mengambil kesempatan yang ada untuk berfoto di perahu karet yang mereka gunakan untuk latihan.

Berikut adalah foto-foto yang dilakukan di Kampung Betawi




Saat bersama bapak Humas yang menerangkan tentang kebudayaan Betawi

Saat bersama bapak-bapak TNI angkatan Laut




Saat berada di pintu keluar Kampung Betawi